Faktor hereditas dalam hal ini adalah sifat sifat atau ciri yang diperoleh pada seorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi kegenerasi melalui sel benih. Sifat sifat ciri pembawaan tersebut ada dari pembawaan sejak lahir, dan masih merupakan benih, yang masih merupakan kekuatan/potensi terpendam dalam diri seseorang. Potensi baru akan aktual dan tumbuh serta berkembangan setelah mendapatkan rangsangan rangsangan dan pengaruh dari luar/faktor eksten.
Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. (Westy Soemanto:1987,78). Itulah sebabnya maka dalam dunia pendidikan juga dibutuhkan ilmu ilmu biologi yang memang mempunyai kaitan erat dengan psikologi pertumbuhan anak.
Pembahasan tentang hereditas sebagai sebuah gejala yang dialami oleh seorang anak tentu akan mengarah pada proses berlangsungnya hereditas tersebut, kemudian prinsip prinsip apa yang akan muncul dari keberlangsungan hereditas. Berikut akan dijabarkan satu persatu.
1. Proses Hereditas
Hereditas pada seorang anak adalah berupa warisan “specific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya “Genes” ini terhimpun di dalam kromosom kromosom atau “colored bodies”. Kromosom kromosom, baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan pasangan. Dua anggota dari masing masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sma.
Dalam pada itu masing masing individu mulai hidup dengan satu sel di dalam indung telur yang telah dibuahi oleh satu sperma. Sel ini berbagi menjadi dua, masing masing berbagi lagi menjadi dua, sekali lagi menjadi dua dan seterusnya sehingga membentuk organ. Proses pembagian sel ini disebut dengan “mitosis”. Menurut para ahli disebutkan bahwa; semua sel dalam badan memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya proses individuasi dan diferensiasi. (Wasty Soemanto:1987,79). Namun yang pasti setiap sel terdeferensiasi sebagian menjadi sel mata, sebagian menjadi sel telinga dan seterusnya.
Kelangsungan proses di atas terjadi apabila dua individu berlainan jenis kelamin melakukan perkawinan terjadilah proses genetis seperti tadi kesemuanya dalam rangka emmbentuk individu baru.
Dalam hal ini Janathan L. Freeman memberi penegasan :
Along the length of each chromosome are a number of areas called genes. The structure of the DNA in a pair of genes (one on each chromosome) determines the exact chemical nature of paraticular proteins within the cell. Since these proteins, called enzymes, control the function of the cell, ultimately it is the genes that determine how the cell functions. (jonathan L. Freeman:1978,243).
Kutipan diatas menjelaskan bahwa telah ditemukan adanya ketentuan ketentuan yang alami berlaku untuk proses genetika dari orang tua kepada anak. Sehingga rumus DNA menjadi populer sebagai panduan untuk melihat hal ini, apa dan bagaimana dasar dasar biologi yang dapat memberikan konstribusi terhadap anak sebagai keturunan.
Untuk catatan dalam hal ini bahwa dalam pendekatan biologis terdapat satu aturan sistem yang memberikan pedoman bagi psikologi pendidikan dimana anak dalam kelahiran danpertumbuhan telah diawali dari adanya garis keturunan yang tidak terpisah dengan orang tuanya. Untuk itu nativisme yang menjadi aliran dalam hal ini sangat penting sebagai bagian kajian yang harus ditelusuri lebih jauh.
2. Prinsip Prinsip Hereditas
Prinsip dalam hal ini adalah aturan yang memang menjadi hukum atau bagian teori yang menjadi pedoman bagi ilmuan atau pengguna untuk menjadikan hereditas sebagai landasan pendidikan.
Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan (Tadjab:1994,29) bahwa diketemukan beberapa hal yang utama yakni :
1. Prinsip reproduksi; artinya menghasilkan atau membuat kembali. Dalam hal ini proses penurunan sifat atau ciri hereditas tersebut melalui sel benih, kemudian cirinya dalam bentuk nyata, maka nak harus mengulang kembali dari awal pertumbuhan dan perkembangan serta pengalaman yang telah dialami oleh generasai pendahulunya.
2. Prinsip konformitas; yakni setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendir dalam hal ini tidak akan melahirkan atau menurunkan sifat sifat atau ciri ciri makhlik lain yang bukan ciri/sifatnya. Prinsip ini termasuk aliran yang menolak bahwa manusia adalah keturunan dari makhluk jenis lain.
3. Prinsip variasi; artinya setiap individu disamping mewarisi sifat atau ciri umum yang sama, juga mewarisi sifat atau ciri yang berbeda beda. Anak yang berasal dari orang tua yang sama, bahkan anak kembar sekalipun mempunyai sifat atau ciri yang berbeda. Adalah tidak benar bila dua orang manusia mempunyai sifat dan ciri yang persisi sama di muka bumi ini.
4. Prinsip regresi filial; adalah sifat atau ciri yang diturunkan dari generasi kegenerasi akan cenderung menuju kearah rata rata. Prinsip ini memberikan pengertian bahwa anak dari orang tua yang sangat cerdas menunjukkan kecenderungan untuk menjadi kurang cerdas daripada orang tuanya. Sebaliknya anak dari orang tua yang lemah akan cenderung menjadi lebih pintar.
0 komentar